KUNCI RAHASIA SINTA
“Bila ini yang kudapati pada
akhirnya, maka percayalah bahwa aku tak sanggup lagi merangkai cerita kita.
Hanya lelah yang ku pikul di pundak ini, lelah menunggu lembaran-lembaran baru
yang kini usang karena termakan bagian dari scenario
cintanya. Dan kini, aku hanya sebongkah puzzle
yang kehilangan satu bagiannya, dimana bagian itu adalah pelengkapku, hingga ku
berbentuk, sempurna, dan memiliki makna. Tapi, sampai keujung dunia pun aku tak
akan sanggup menemukan bagian itu. Karena kini dia telah menjadi pelengkap puzzle lain. Walau sulit tuk disatukan,
tapi nyatanya mereka tidak lepas, walau orang akan berfikir bahwa ini gila”
“Romi”
…
“Rom,
sini bentar” Kata Pak Andi seorang manager
Choco café tempat Romi biasa bekerja sebagai penyanyi café tentunya. Kemudian Romi datang menemui Pak Andi setelah
menghibur sepasang suami istri yang sedang merayakan aniversary’nya yang ke 10 tahun. “Iya bos, kenapa?” Tanya Romi
dengan tampang kelelahan dan menenteng gitar acoustic berwarna coklat tua kesayangannya. Kemudian Pak Andi
memberi tahu Romi bahwa nanti malam jam delapan diminta untuk menghibur anak
pemilik saham terbesar di Choco Café
yang akan merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh. “Ooooh sip bos, tenang
saja saya pasti menghibur dengan maksimal, tapi anak pemilik saham ini cowo apa
cewe bos? Biar bener saya memilih lagu” Kata Romi dengan penuh semangat.
Kemudian Pak Andi menceritakan sendiri kepada Romi bagaimana acara dan tehknik
acaranya.
Siang
pun berganti malam. Suasana café yang
awalnya natural, elite, dan elegan telah
berganti menjadi soft dan cute dengan didominasi warna coklat dan
dipadukan dengan dekorasi penuh cake
coklat. Ya, itu memang pesanan Sinta yang akan berulang tahun malam ini kepada
Pak Hendra papanya. Para undangan pun berdatangan dan memenuhi meja di café itu. Romi juga sudah stand by dengan gitar acousticnya. Tapi ada yang berbeda dari
Romi, jaket jeans’nya berubah menjadi
setelan jas yang rapi tanpa menghilangkan kesan masculine’nya. Begitu Romi memainkan sebuah lagu dari Vidi Aldiano
yang berjudul “Di Bawah Langit Ibukota”, Sinta muncul dari balik kerumunan
undangan dan menemui ayahnya yang sedang berada disamping panggung tempat Romi
bernyanyi. Wajahnya yang cantik, putih, dan bersinar dibawah sorot lampu café membuat konsentrasi Romi
teralihkan, apalagi tubuh mungil Sintya dibalut dengan mini dress berwarna merah yang semakin mempesona Romi. Hingga tak
sadar lagu Vidi Aldiano berubah menjadi lagu Afgan yang berjudul “Wajahmu
Mengalihkan Duniaku”.
Seketika
Sinta terpesona dengan Romi, bukan karena wajahnya yang cool dan keren, tapi
karena suaranya yang mampu menggetarkan dan meluluhkan hati Sinta. “Pa, itu
siapa?” Tanya Sinta kepada papanya, sambil menunjuk Romi. “Ooo, itu Romi,
kenapa? Kamu suka sama dia?” Balas papanya, sembari meledek Sinta. “Mungkin,
atau aku hanya terpesona dengan suaranya” Kata Sinta sambil menutup wajahnya
yang memerah dan segera pergi meninggalkan papanya untuk menemui tamu
undangannya.
Waktu
sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan suasana café sudah sepi karena pesta ulang tahun Sinta telah berakhir. Yang
ada hanya Pak Andi, Pak Hendra, Sinta, Romi, serta pelayan café diruangan itu. “Ini buat kamu sebagai hadiah, maaf Cuma bias
ngasi ini” Kata Romi sambil menyerahkan cup
cake coklat kepada Sinta. Tanpa senyum, tanpa tatapan mata, dan segera
berlalu meninggalkan Sinta. “Tungguu!!!” Sinta dengan cepat menarik tangan Romi
dan mereka bertabrakan. Ya, tanpa sengaja mereka berciuman. “Maaf, aku tidak
bermaksud, ini hanya kecelakaan, maafkan aku Sinta” Kata Romi sembari
membangunkan Sinta yang terjatuh dan ditimpa Romi. “Tidak masalah Romi, lupakan
saja” Balas Sinta dengan wajah yang seperti kepiting rebus. Orang-orang yang
ada di café tertawa
terpingkal-pingkal melihat kejadian itu.
“Sepertinya
aku menyukaimu, bisakah kita bertemu lagi Sinta?” Kata Romi dengan tatapan mata
yang tajam. Tak ada alasan lagi bagi Sinta untuk menolak ajakan laki-laki yang
juga disukainya itu. Dari sinilah kisah mereka akan dimulai. Semua fenomena
yang akan mereka hadapi selama menjalin hubungan kasih.
Setelah
kejadian di hari ulang tahun Sinta, mereka sering bertemu di Choco Café dan disetiap pertemuan,
mereka selalu memesan cup cake coklat
kesukaan Sinta. Bahkan karena terlalu sering bertemu, perasaan mereka menjadi
bersatu, membuat komitmen, dan menjalaninya dengan bahagia. Setahun, dua tahun,
hingga tiga tahun. Semua waktu mereka habiskan berdua, di café, dirumah Sinta, juga diapartemen milik Romi. Saling
menyayangi, menjaga satu sama lain dan juga meresapi cinta jauh lebih dalam
hingga sulit terdefinisikan kedalamannya. Tak ada alasan bagi Sinta untuk
meninggalkan Romi, karena semua yang ada pada dirinya telah dimiliki Romi.
“Ta,
sepertinya sudah seharusnya kamu tahu bahwa kamu punya seorang kakak perempuan
yang bernama Sina” Kata papanya yang sedang sarapan pagi bersama Sinta di meja
makan. Belum sempat papanya melanjutkan, Pak Hendra tiba-tiba menerima telepon dari
asistennya di kantor. “Ta, papa harus segera pergi sekarang, nanti malam
kakakmu sampai di Bandung, tapi tidak menginap disini” Kata papanya dengan
tergesa-gesa. “Ceritanya papa lanjutkan nanti malam saja ya” Akhirnya Pak
Hendra meninggalkan Sinta dirumah sendirian karena ada meeting dikantornya.
Kecewa,
heran, dan penasaran menghantui Sinta dalam kesendirian. Dia bertanya-tanya
kenapa papanya tidak pernah menceritakan saudaranya sejak dulu. Tentang Sina
dan tentang Bu Sarah mamanya. Pak Hendra menyimpan rahasia ini selama dua puluh
tiga tahun dari Sinta. Dan Sinta tidak tahu karena apa. Saat kebimbangan, Sinta
mendapat pesan singkat dari Romi. “Sayang, sekarang malam minggu, bisa kita
bertemu jam sebelas malam di café
biasa kan? Ada hal penting yang mau aku bilang sama kamu. Kita bertemu setelah
aku mengisi acara di club ya… Love you sweet heart” Setelah membaca
pesan dari Romi, Sinta menjadi ceria kembali. Tak ada beban, dan berusaha untuk tenang.
Kini
malam pun tiba. Seperti biasa Romi bernyanyi dengan merdu di club malam itu. Tapi kali ini dengan
suasana hati yang berbeda. Marah, kesal, kecewa, cemburu berbaur jadi satu.
Setelah ia melihat ada Sinta sedang berciuman dengan laki-laki lain di deretan
meja penonton paling depan, tepat didepan panggung dimana Romi bernyanyi.
Sayangnya Sinta tak menyaksikan acara yang ada dipanggung karena konsentrasinya
hanya pada laki-laki yang ada didepannya. Lagu yang Romi nyanyikan berubah
menjadi lagu dari Republik yang berjudul “Sandiwara Cinta”. Ingin sekali Romi
meninju laki-laki itu dan menyeret Sinta keluar dari club. Tapi Romi tak kuasa karena suasana club sedang ramai dan orang-orang juga sedang menikmati lagu yang
Romi bawakan.
Jam
sepuluh malam Romi langsung meninggalkan club
dalam keadaan kacau karena tidak tahan melihat kemesraan Sinta dengan laki-laki
itu. Dengan keadaan tergesa Romi mengendarai mobil jazz’nya ke Choco Café
dan menunggu Sinta disana seperti rencana awal walau perasaan Romi sendiri
sedang kalut. Hujan lebat disertai petir yang menyambar dan jalanan depan café yang rusak karena direnofasi makin
menyulitkan langkah Sinta. Hingga akhirnya Sinta sampai di café pukul dua belas dini hari dalam keadaan basah kuyup. Café saat itu sudah sepi dan hanya ada
Romi disana.
“Darimana
kamu Ta? Kenapa bisa telat? Kamu tau aku nunggu kamu disini sendirian? Jawab
Ta, Jawab” Bentak Romi sambil memukul meja yang dilapisi kaca sampai pecah, dan
tangan Romi pun berdarah. “Aku kehujanan Rom, mobil dipake papa jemput mama
tadi di bandara, mama baru dateng dari Sidney,
dan ngga ada taxi jam segini Romi”
Balas Sinta dengan badan menggigil karena kedinginan. “Alasan kamu Ta, buktinya
aku ngeliat kamu di club tadi dengan
laki-laki lain, kalo kamu ingin berselingkuh jangan didepan mataku sendiri
Sinta. Kamu ngga tau gimana sakitnya diduakan” Balas Romi dengan tatapan penuh
amarah. “Aku ngga ngerti apa yang kamu bilang Romi, aku dari pagi hanya
dirumah, aku ngga kemana-mana, sumpah Romi demi Tuhan, lagian aku ngga mungkin
berpaling dari kamu setelah apa yang udah kita lakukan selama tiga tahun ini
Romi” Kata Sinta sambil menangis. “Mataku ngga mungkin salah Ta, ok kalo kamu
ngga mau mengaku, lebih baik kita putus, aku batalkan saja rencanaku untuk
menikahimu. Silakan kamu memilih laki-laki itu sebagai penggantiku” Sambung
Romi sambil melemparkan cincin berlian yang ia siapkan setahun yang lalu dan berlalu pergi. Sinta masih tidak mengerti
dan tetap saja menangis.
Di
tempat parkir café, Romi tidak bisa
memajukan mobilnya karena didepan mobil Romi ada mobil Pak Andi. Dengan
kecepatan penuh Romi memundurkan mobil hingga terguncang hebat dan dia berfikir
itu karena jalan depan café yang
rusak kemudian segera berlalu meninggalkan café.
Didalam mobil pun Romi masih tetap bergumam dan memacu mobilnya dengan sangat
cepat. “Kenapa Ta, kenapa kamu meninggalkan aku dan pergi bersama laki-laki
itu? Apa hubungan kita tidak membuatmu puas? Apa aku kurang bisa
membahagiakanmu Ta?” Dan Romi pun kini bergegas meninggalkan Kota Bandung.
Kemana? Kemana saja Jazz’nya
membawanya pergi.
…
Kini
tiga tahun sudah kematian Sinta. Looooo…. Karena apa? Kapan? Siapa yang
membunuhnya? Lalu siapa gadis yang mirip dengan Sinta di club itu? Semua ini akan menjadi rahasia besar Pak Andi dan Sinta.
Karena sesungguhnya Sinta meninggal karena Romi. Sinta meninggal karena
ditabrak Romi ketika Sinta mengejarnya sampai di parkiran café tiga tahun yang lalu pada saat Romi memundurkan mobilnya
dengan kecepatan tinggi. Ya, Romi tidak mengira bahwa ia telah menabrak
pacarnya sendiri. Dan pada saat Pak Andi bergegas pulang dari café dan menuju ke mobilnya, dia melihat
semua kejadian dengan jelas. Pak Andi pun segera menolong Sinta dan Sinta
melarang Pak Andi menceritakan yang sebenarnya untuk melindungi Romi. Tapi
semua terlambat, karena saat itu juga Sinta menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan
gadis yang dilihat Romi di club itu
adalah kaka Sinta yang bernama Sina. Yang pada saat itu sedang merayakan
kepulangan Sina dari Sidney bersama
pacarnya yang ada di Bandung. Mereka adalah saudara kembar yang terpisah karena
perceraian kedua orang tuanya saat Sina dan Sinta berusia satu bulan, sedangkan
Sina dibawa mamanya ke Sidney. Jadi
wajar kalau Sinta tidak tahu bahwa dia memiliki kakak perempuan.
Sampai
sekarang Romi tidak tahu bahwa Sinta telah meninggal. Yang dia tahu, Sinta
telah menghianatinya. Dan sekarang Romi telah menghilang tanpa jejak. Kematian
Sinta pun masih menjadi misteri di keluarganya. Karena kunci dari rahasia Sinta
adalah Pak Andi. ^^
…
“Hujan ini tak akan melarutkan
besarnya cintaku terhadapmu sayang. Karena hanya engkau yang mampu meluluhkanku
walau hanya dengan suaramu. Hanya denganmu seorang pandanganku terusik. Namun
kini, aku yang harus pergi…Biarkan aku membawa scenario cinta ini, agar aku selalu merasa hidup kembali disetiap
kau bernyanyi walau nyatanya aku telah mati, dan aku hanya dianggap panggung
sandiwara oleh mu”
“Sinta”
Penulis : Yellow Summer
Oke, bagaimana? Tragis bukan? Iya pastinya.. selain itu cerpennya juga bagus. Si penulis membuat cerpen ini dengan suasana hati yang .... ya... tanya si penulis aja :P Tapi menurut saya pribadi cerpen yang dibuatnya hampir semua menarik dan ngga nyesel kalo teman - teman baca. Baik ...ingat komenya ya teman-teman.