RAHASIA BESAR MEREKA
Suara sirine
dari mobil-mobil polisi memisingkan telinga. Puluhan camera dari para pemburu berita memenuhi pantai itu. “Siapa yang
meninggal pak?”, “Ini kasus pembunuhan apa murni kasus bunuh diri?”, “Kira-kira
sudah berapa lama mayat ini ada dipantai?” Serbuan pertanyaan dari para pemburu
berita. “Sudah, pergi kalian dari tempat ini, ini mayat pacarku…Orang yang aku
sayang, orang yang sebentar lagi akan memberikan aku anak. Cepat pergi dari
sini!!!!!” Bentak seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul dari belakang polisi
dan laki-laki tua yang sedang memberikan keterangan kepada para pemburu berita.
Dengan kecepatan kilat, laki-laki yang marah-marah itu merebut camera salah seorang wartawati yang
diduga bernama Jeni dan melemparkannya ke tanah hingga hancur berkeping-keping.
Sontak si wartawati terkejut melihat wajah laki-laki yang tak asing baginya.
…
“Yang,
aku pulang” Suara berat namun bersahaja itu membuyarkan lamunan Anjani yang
sedang duduk di balkon belakang villa
milik ayahnya. Villa ini berhadapan
langsung dengan Pantai Kuta. Anjani pun langsung berdiri dan menghadiahkan
kecupan tipis di pipi laki-laki yang bernama Rangga. “Kamu tau, semakin aku
merindukanmu maka semakin dalam aku menyayangimu. Hingga tak terasa lima tahun
sudah penantianku, walau kadang resah dan gelisah menghampiri hari-hariku, tapi
aku percaya kamu akan datang seperti fajar dipantai ini” Bisik Anjani kepada
Rangga. Mereka pun melepas rindu berdua, menatap siur ombak yang
bergulung-gulung. Hingga tak terasa fajar semakin meninggi dan perlahan
tenggelam.
“Rangga
kapan pulang?, Gimana study’nya di
Singapura?, Sudah dapat kerja?” Tanya Pak Bagus sembari menyalakan TV di ruang
tamu. “Ehh papa nanyanya sabaran dikit kenapa?, kasian Rangga baru pulang sudah
di sensus kaya penjahat” Balas Anjani sambil membawa latte kesukaan Rangga. “Ngga kenapa ko’ An, jadi gini om, saya
sampai disini tadi pagi, saya sudah selesai study
disana dan sudah diterima bekerja di perusahaan swasta yang ada di dekat-dekat
sini juga, yah itung-itung biar bisa lebih dekat dengan Anjani lah” Kata Rangga
dengan penuh semangat. Sampai-sampai latte
yang dibuat Anjani penuh dengan semburan liur. “Ya sudah kalau begitu, om juga
ikut seneng” Balas Pak Bagus.
“Pa,
malam ini Rangga boleh menginap disini ya, papa tau kan Jani sudah lima tahun
merindukan Rangga, Jani mau menghabiskan malam bersama Rangga” Kata Anjani
memelas. Pak Bagus pun mengiyakan permintaan putri kesayangannya. Tak lupa pula
Rangga mengucapkan terimakasih karena telah diizinkan menginap. Setelah makan
malam yang membahagiakan, Pak Bagus, Rangga, dan Anjani kembali ke kamar mereka
masing-masing. Dan di villa ini
adalah kunci dari semua peristiwa yang terjadi pada malam ini hingga
malam-malam selanjutnya.
“Tuhan,
terimakasih telah menghadirkan pelipur laraku, cintaku, dan seluruh
kesetiaanku. Sedetikpun tak ada niatku untuk berpaling darinya, walau kami
pernah terpisah jarak dan waktu. Ku biarkan rindu ini menyatu dan terkirim
bersama ombak hingga sekarang kami telah bersatu kembali” Anjani menulis di
akun facebook’nya. Tanpa
sepengetahuan Anjani, Rangga yang tidur disebelah kamar Anjani membaca tulisan
itu dengan perasaan bersalah.
“Tok-tok-tok”
Suara pintu diketuk dari luar. “An, aku tau kamu belum tidur, boleh aku masuk?”
Pinta Rangga. Akhirnya Anjani membuka pintu dan memeluk Rangga dengan sangat
erat. Pintu pun ditutup dan dikunci dari dalam oleh Rangga. Begitu lama mereka
terpisah, dan sangat jarang mereka berkomunikasi karena sama-sama sibuk kuliah.
Dan pada malam ini, Rangga merasa sangat dicintai hingga ia sadar bahwa dirinya
tak sebaik dan tak sepadan dengan Anjani. Tapi kerinduan Anjani malam ini akan
segera terbayarkan, kecupan lembut dari Rangga di bibir Anjani tidak hanya
sekali tapi berkali-kali. Jauh berbeda dari sebelum mereka terpisah. Sangat
lama, hingga mereka hanyut dalam kebahagiaan, saling memiliki, tanpa beban,
yang ada hanya cinta dari Rangga, sangat dalam, dan mereka terlelap dalam
pelukan dikamar Anjani, di villa ini. “Maaf aku bukan laki-laki baik Anjani” Kata
Rangga dalam hatinya.
Keesokan
paginya. “Maaf sayang, aku akan bertanggung jawab, tapi aku mohon kamu
bersabar” Kata Rangga pada Anjani yang sedang memeluknya. Anjani hanya
menganggukkan kepala. Selama ada di Bali, Anjani meminta Rangga tinggal sementara
di villa papanya karena rumah yang
dibeli Rangga belum selesai direnofasi. Rangga pun menyetujui karena rumah itu
akan dijadikan istana kecil yang dipersembahkan untuk Anjani kelak setelah
mereka menikah.
…
Tiga
bulan sudah mereka melepas rindu dan berbahagia. Hingga Anjani mengandung anak
Rangga, anak hasil hubungan diluar nikah mereka. Anjani sangat bahagia dan
ingin segera memberitahu kabar bahagia ini kepada Rangga dan papanya. Namun
sesampainya dikamar Rangga, Anjani terkejut karena tidak ada siapa-siapa di
dalam kamar itu, padahal hari sudah malam. Anjani memandang sekeliling kamar
Rangga dan perhatiannya tertuju pada kotak kuning yang menyerupai kotak hadiah.
Anjani membukanya dan berharap Rangga memberikan hadiah untuk dirinya. Namun
harapan Anjani pupus setelah dia tau dalam kotak itu berisi surat dari wanita
lain.
Dear : Pria tampan yang kutemui di club malam di Singapura
“Siapapun
kamu dan dari manapun kamu aku tidak peduli, yang jelas aku sudah melupakan apa
yang terjadi semalam antara kamu dan aku. Kita sama-sama dalam kondisi mabuk
setelah aku meliput berita di kampusmu dan pada akhirnya kita berakhir di hotel
ini. Pada saat kita terhanyut, kamu berulang kali membisikan nama Anjani
ditelingaku tapi saat itu aku tak berdaya. Maafkan aku. Aku harus pergi dan
cepatlah kembali pada Anjani, aku tau kamu merindukannya. Satu lagi, lupakan
yang telah terjadi antara kita, ini hanya kecelakaan”
By : Jeni
Anjani
bingung dan tak berdaya. Hingga Rangga pulang dan mendapati Anjani dengan
tatapan penuh amarah. “Kenapa Rangga, kenapa tidak cerita sejak awal, aku sakit
membaca surat ini, aku benci kamu Rangga” Teriak Anjani sambil melemparkan
surat itu kewajah Rangga. Rangga yang kelelahan setelah lembur di kantornya
ikut naik pitam. “Kenapa kamu membuka privacy’ku?
Kamu tidak ada hak untuk itu An, kamu tidak perlu tau urusanku diluar sana,
kamu bukan siapa-siapa An, kamu bukan istriku, kamu hanya pacarku Anjani” Balas
Rangga yang langsung membuat Anjani terkejut. “Tapi Rangga……” Belum sempat
Anjani melanjutkan, Rangga tiba-tiba menampar Anjani “Plakkk” Rangga
membereskan pakaiannya dan ingin meninggalkan Anjani. Tapi Anjani mencegat
Rangga dan Rangga pun menghempaskan tubuh Anjani ketembok hingga jatuh
kelantai. Pendarahan…Iya memang, karena benturan itu. “Aku seperti ini karena
sebentar lagi kamu akan menjadi ayah, maaf aku mengganggumu sayang, aku lakukan
ini karena aku sangat mencintaimu” Anjani berbicara dengan pelan, terbata, dan
menahan rasa sakit diperutnya, hingga dia tak sadarkan diri. Rangga ketakutan
melihat keadaan Anjani, dia panik, dan akhirnya meninggalkan villa tanpa berpamitan dengan Pak Bagus.
Keesokan
paginya Pak Bagus menemukan surat dari Anjani di depan kamar Rangga.
“Papa, maafkan Jani…Mungkin jika tidak ada
pertengkaran dengan Rangga tadi malam, papa sudah akan menggendong cucu dari
Jani dengan Rangga. Tapi Jani sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit ini.
Rangga tidak salah, Jani lah yang salah…Selamat tinggal papa” Sentak Pak Bagus
terkejut dan menemukan ceceran darah dari kamar Rangga hingga sampai ke bibir
pantai. Pak Bagus terus memanggil-manggil nama Anjani tapi tak ada jawaban.
Hingga fajar pun berganti senja. Dan pada saat ombak menyapu bibir pantai,
tubuh Anjani terhempas, pucat, dan tak berdaya. Pak Bagus pun segera
menghubungi polisi dengan keadaan terpukul atas kematian putri tersayangnya
itu.
…
Setelah penangkapan Rangga akibat perbuatan
tak menyenangkan terhadap wartawan, polisi kembali menyelidiki Rangga karena
awalnya dia mengaku sebagai pacar Anjani yang meninggal di pantai. Rangga
mengakui perbuatannya karena telah menampar dan mendorong Anjani hingga
terbentur ditembok dan bersedia mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah
menyebabkan orang yang dicintainya meninggal. “Maafkan saya om, saya telah membunuh
anak om, saya bersalah, maafkan saya” Pinta Rangga kepada Pak Bagus. “Om tidak
menyalahkanmu Rangga, sepertinya Anjani juga tidak menyalahkanmu, sekarang
ikuti saja peraturannya dan jalani hukumannya, Om sudah memaafkanmu” Kata Pak
Bagus dengan lapang sembari memeluk Rangga yang dia rasakan seperti memeluk
Anjani.
Selama menjalani hukuman dipenjara, Rangga
sangat terpukul, kacau, dan merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan Anjani.
Hingga Rangga menjadi linglung dan gila, dan pada akhirnya Rangga dipindahkan
ke rumah sakit jiwa. Keluarga Rangga dan Pak Bagus juga shock melihat keadaan
Rangga yang seperti itu.
…
Kini
1 Januari 2014, sudah lima tahun kematian Anjani dan hari ini sepuluh tahun
usia hubungan Anjani dengan Rangga. Bahkan sampai sekarang polisi masih mengira
Rangga yang menjadi tersangka atas kematian Anjani dan Rangga sendiri masih
merasa dirinyalah yang telah membunuh Anjani. Pak Bagus tak berfikir demikian,
Pak Bagus mengira Anjani meninggal bunuh diri karena bertengkar dengan Rangga.
Namun semua telah salah mengira dan dugaan mereka semuanya keliru. Karena
Anjani meninggal karena pendarahan hebat, hingga dia kehilangan banyak darah
dan saat Anjani meninggal dibibir pantai, ombak menarik tubuhnya ketengah laut.
Tak ada yang salah dan tak ada yang benar, karena semua sudah menjadi takdir
Anjani. Tak ada yang tau sebab kematiannya, karena hanya Anjani, calon anaknya,
dan Tuhanlah yang tau. Biarkan ini menjadi rahasia besar mereka.
“Ini akhir masaku menatap pantai ini, mungkin
cinta telah membutakanku, membuatku tak mampu berpaling, dan hanya menatap
lurus kematamu. Hingga kini badanku mati, dan buah cintaku juga mati, tapi
percayalah aku akan selalu ada dihatimu Rangga. Sekarang, tidak hanya rinduku
yang berlayar dilaut ini, tapi jiwa, raga, dan buah cinta kita juga ikut
berlayar. Berharap untuk berlabuh, namun bukan berlabuh dipelabuhan hatimu tapi
berlabuh dipelabuhan Tuhan”
“Anjani”
Penulis : DIAH SANJIWANI
Nah, gimana? pasti bagus bukan. Hehehe.. setelah kalian membacanya pasti kalian ingin membacanya kembali, pengalaman pribadi sih.. :P Setelah baca ingat comment ya, agar saya dan Diah Sanjiwani makin semangat membuat cerpen yang lebih seru dan mungkin akan sangat so sweet. Jadi, keep follow Us :)